Pola pikir yang menganggap bahwa penghasilan saat usian menginjak 30-an akan lebih besar ketimbang pada saat usia 20-an kadangkala menjadi alasan seseorang menunda-nunda kegiatan untuk menabung.
Pada dasarnya menunda menabung tidaklah sepenuhnya salah. Hanya saja, terkadang kita
lupa bahwa seiring umur bertambah, pos kebutuhan hidup yang harus
dipenuhi juga akan ikut bertambah pula.
Supaya tidak salah perhitungan dalam merencanakan kondisi finansial yang lebih baik di masa depan, Kegiatan menabung merupakan salah satu cara paling tepat dan efektif. Akan tetapi, perihal kapan waktu yang tepat untuk menabung itulah yang kerap kali menjebak seseorang.
Seperti yang dikuti dari Swara Tunaiku, untuk mengatasi potensi “salah langkah” tersebut, ada baiknya kita sedikit memahami bagaimana perbedaan kondisi psikologis seseorang pada usia 20-an dan 30-an terkait implementasi perilaku dalam perencanaan keuangannya.
Berikut uraiannya yang saya himpun dan rewrite dari liputan6(dot)com
1. Suka menunda Kegiatan Menabung
Pada usia 20-an umumnya merupakan usia di mana seseorang pertama kali memanfaatkan keahliannya untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin. Rentang usia ini, euphoria untuk bisa menghasilkan uang sendiri tak jarang membawa dirinya untuk berperilaku dan bertindak boros.
Apalagi, saat pertama kali diterima kerja di suatu perusahaan, dan mulai bersahabat dengan “kartu sakti dan Ajaib”, yaitu kartu kredit. Menabung hanya sebatas wacana dan janji belaka pada dirinya setelah “kalap” membelanjakan penghasilannya.
Jika perilaku seperti ini terus-menerus dilakukan hingga benar-benar tertanam dan menjadi kebiasaan dan pola hidup yang dianut, kemungkinan besar saat menapaki usia 30-an, hal tersebut akan tetap berlanjut sebagai kebiasaan yang akan memperburuk keadaan.
5 masalah keuangan yang bakal menghampiri semua orang |
Supaya tidak salah perhitungan dalam merencanakan kondisi finansial yang lebih baik di masa depan, Kegiatan menabung merupakan salah satu cara paling tepat dan efektif. Akan tetapi, perihal kapan waktu yang tepat untuk menabung itulah yang kerap kali menjebak seseorang.
Seperti yang dikuti dari Swara Tunaiku, untuk mengatasi potensi “salah langkah” tersebut, ada baiknya kita sedikit memahami bagaimana perbedaan kondisi psikologis seseorang pada usia 20-an dan 30-an terkait implementasi perilaku dalam perencanaan keuangannya.
Berikut uraiannya yang saya himpun dan rewrite dari liputan6(dot)com
1. Suka menunda Kegiatan Menabung
Pada usia 20-an umumnya merupakan usia di mana seseorang pertama kali memanfaatkan keahliannya untuk mendapatkan uang sebanyak mungkin. Rentang usia ini, euphoria untuk bisa menghasilkan uang sendiri tak jarang membawa dirinya untuk berperilaku dan bertindak boros.
Apalagi, saat pertama kali diterima kerja di suatu perusahaan, dan mulai bersahabat dengan “kartu sakti dan Ajaib”, yaitu kartu kredit. Menabung hanya sebatas wacana dan janji belaka pada dirinya setelah “kalap” membelanjakan penghasilannya.
Jika perilaku seperti ini terus-menerus dilakukan hingga benar-benar tertanam dan menjadi kebiasaan dan pola hidup yang dianut, kemungkinan besar saat menapaki usia 30-an, hal tersebut akan tetap berlanjut sebagai kebiasaan yang akan memperburuk keadaan.
2. Berteman Mesra dengan Kartu Kredit
Saat anda mulai bekerja di sebuah perusahaan, Anda akan lebih mudah mengakses semua kemudahan yang ditawarkan oleh kartu kredit. Apalagi dengan semakin banyaknya bank yang menawarkan kartu kredit dengan bunga sebesar 0 persen, tentu hal ini akan membuat anda tidak tahan untuk menahan diri dari cengkramannya. Hal ini sangat berbahaya, sebab akan membuat si pemegang kartu lengah dan lupa serta cenderung tidak bijak dalam mengatur pengeluaran dan membelanjakan uangnya.
Yang harus anda ketahui, semua barang yang dibelanjakan lewat kartu kredit harus
benar - benar dipertanggungjawabkan sepenuhnya di setiap akhir periode pembayaran cicilan.
Mereka yang berteman mesra dengan Kartu Kredit , akan merasa sangat kaya saat “tanggal muda” tiba, karena bisa membeli semua yang ia inginkan dengan kartu kredit, lalu mereka akan merasa sangat terpuruk dan cemas ketika sudah tiba waktunya mencicil semua hasil belanjanya.
Hmmm... Kalo sudah begini siapa yang salah, mereka yang memegang Kartu Kredit ataukah Kartu Kredit yang menawarkan segala kemudahan. Ibarat cinta, maka mereka akan mengeyam pepatah : "Habis Manis Sepah dibuang"
benar - benar dipertanggungjawabkan sepenuhnya di setiap akhir periode pembayaran cicilan.
Mereka yang berteman mesra dengan Kartu Kredit , akan merasa sangat kaya saat “tanggal muda” tiba, karena bisa membeli semua yang ia inginkan dengan kartu kredit, lalu mereka akan merasa sangat terpuruk dan cemas ketika sudah tiba waktunya mencicil semua hasil belanjanya.
Hmmm... Kalo sudah begini siapa yang salah, mereka yang memegang Kartu Kredit ataukah Kartu Kredit yang menawarkan segala kemudahan. Ibarat cinta, maka mereka akan mengeyam pepatah : "Habis Manis Sepah dibuang"
3. Tabungan, Rencana Investasi vs Hari Tua
Bagi mereka yang visioner, menabung sejak usia 20-an biasanya akan dilandasi keinginan untuk berinvestasi di masa depan, dengan tujuan untuk melipatgandakan kekayaan dan menyiapkan masa depan yang lebih cerah dan gemilang.
Akan tetapi, berbeda halnya ketika seseorang sudah menginjak usia 30-an. Pada usia
ini, semua pemenuhan kebutuhan tak lagi soal memanjakan dirinya dengan
gelimangan kekayaan hasil investasi, melainkan untuk mengamankan hari tua.
Pertanyaan mendasar seperti, apakah dengan uang ini sudah menjamin hari
tua? Bagaimana mencukupi kebutuhan keluarga apabila masa pensiun sudah
tiba?
Apa pun visi yang mendasari dan ekspektasi yang didapat dari
tabungan, menabung setidaknya tetap akan lebih menjamin masa depan
daripada tidak sama sekali.
4. Bersahabat Baik Dengan Bunga Bank
Di zaman yang sudah serba digital dan canggih seperti ini, peluang untuk sukses lebih terbuka lebar. Maka sudah tidak heran jika banyak orang-orang yang berusia di bawah 30 tahun yang meraih sukses dan bahkan mereka sudah mendapat label sebagai OKB alias “orang kaya baru”.
Memiliki banyak uang saat berusia 20-an, sebagian besar orang tentu
akan tertarik untuk memutarnya kembali dengan berinvestasi di hal lain.
Pada saat yang sama, ada pula yang berharap dapat meningkatkan
pundi-pundi kekayaan melalui “bunga bank”. Toh, ada banyak bank yang
menawarkan biaya administrasi paling rendah dengan persentase bunga bank
paling tinggi.
Namun, ketika sudah menginjak usia 30-an, hal tersebut tak lagi terlalu berpengaruh. Pasalnya, saat masih mengandalkan cash back berupa “bunga tabungan” mengikuti jumlah dana yang tersimpan, jumlah yang diterima tetap saja masih lebih kecil dari yang diharapkan setiap bulannya.
Namun, ketika sudah menginjak usia 30-an, hal tersebut tak lagi terlalu berpengaruh. Pasalnya, saat masih mengandalkan cash back berupa “bunga tabungan” mengikuti jumlah dana yang tersimpan, jumlah yang diterima tetap saja masih lebih kecil dari yang diharapkan setiap bulannya.
5. Terjebak dalam Rayuan Diskon
Pada dasarnya cara pandang seseorang akan sangat dipengaruhi oleh Usia dan pengalaman . Saat masih berusia 20-an, mungkin anda tak terlalu memperhatikan secara detail harga yang sebenarnya dari skema diskon yang ditawarkan oleh banyak toko online dan offline
Tawaran diskon yang menggiurkan , apalagi dengan skema “potongan pada pembelian
kesekian” mendorong seseorang untuk membeli barang-barang yang kurang
esensial demi mengejar diskon. Alasannyapun sangat sederhana, “mungkin suatu saat barang yang dibeli akan berguna” atau
“kapan lagi dapat barang bagus dan harga murah”.
Padahal setelah dihitung secara benar-benar—misalnya pada barang “A”—, perbedaan harga setelah mendapatkan diskon dengan sebelum diskon hanya berbeda sedikit saat membelinya satuan.
Saat menginjak usai 30-an, Anda akan lebih realistis pada jebakan-jebakan diskon yang ditawarkan. Tak lagi menjadi kalap dan khilaf, Anda akan lebih selektif pada barang yang benar-benar esensial, dengan atau tanpa diskon. " DISCOUNT IS BULSHIT
Demikian beberapa situasi keuangan yang kemungkinan dihadapi saat usia 20-an dan 30-an. Semoga semakin bertambahnya usia semakin bijak juga dalam membelanjakan uang.
Jadikan kesuksesan dimasa muda sebagai jembatan untuk meraih masa tua yang lebih cerah dan gemilang, tentunya dengan cara mengatur keuangan secara bijak dan benar, tidak menjadikan sikap foya-foya sebagai pedoman "mumpung masih muda".
Semoga Menginspirasi
Padahal setelah dihitung secara benar-benar—misalnya pada barang “A”—, perbedaan harga setelah mendapatkan diskon dengan sebelum diskon hanya berbeda sedikit saat membelinya satuan.
Saat menginjak usai 30-an, Anda akan lebih realistis pada jebakan-jebakan diskon yang ditawarkan. Tak lagi menjadi kalap dan khilaf, Anda akan lebih selektif pada barang yang benar-benar esensial, dengan atau tanpa diskon. " DISCOUNT IS BULSHIT
Demikian beberapa situasi keuangan yang kemungkinan dihadapi saat usia 20-an dan 30-an. Semoga semakin bertambahnya usia semakin bijak juga dalam membelanjakan uang.
Jadikan kesuksesan dimasa muda sebagai jembatan untuk meraih masa tua yang lebih cerah dan gemilang, tentunya dengan cara mengatur keuangan secara bijak dan benar, tidak menjadikan sikap foya-foya sebagai pedoman "mumpung masih muda".
Semoga Menginspirasi
1 komentar:
komentarwah,, berarti saya harus rajin menabung ya mulai sekarang, maklum umur saya udah di atas 30 an, thanks gan infonya sangat membantu
Reply