Inspirasi Keuangan : Belajar Smart Budgeting dari Kisah Nabi Yusuf Alaihi Salam

Sebagai seorang muslim, tentu saja sudah paham betul dengan kisah nabi yusuf Alaihi Salam
Kisah atau Cerita Nabi Yusuf Alaihi Salam sangat tidak asing di telinga dan sangat menginspirasi  orang banyak tentang pentingnya mengatur keuangan guna masa  masa depan yang lebih baik.

belajar-smart-budgeting-dari-nabi-yusuf
Kisah itu bermula ketika Raja Mesir yang saat itu mengalami mimpi, di dalam mimpi tersebut sang raja melihat tujuh ekor sapi betina yang gemuk telah dimakan oleh tujuh sapi betina kurus, dan tujuh bulir gandum hijau dimakan tujuh bulir gandum kering. 

Saat terbangun dari tidur, Sang Raja diselimuti rasa penasaran tentang mimpinya itu. Selanjutnya, ia pun mencari tahu apa makna yang tersimpan dari mimpi tersebut. 

Dari sekian banyak orang bijak di Mesir, ternyata hanya Nabi Yusuf  lah yang hanya mampu menerjemahkan mimpi tersebut. 

Kemudian Nabi yusuf  menjelaskan bahwa mimpi tersebut adalah sebuah peringatan dari Sang Pencipta agar masyarakat bercocok tanam selama tujuh tahun. Setelah panen, hasilnya harus disimpan dengan baik. Makan sedikit-sedikit saja dari hasil tersebut, jangan berlebihan. Sebab, setelah itu akan datang tujuh tahun musim paceklik yang penuh penderitaan. Persediaan pangan akan banyak terkuras untuk kebutuhan pangan pada masa tersebut.  Jika ditelaah lebih lanjut, apa hubungannya cerita Nabi Yusuf dan cara mengatur keuangan? Tentu ada. Dalam kehidupan ini ada masa produktif dan masa tidak produktif. Ketika masa produktif, kita mempunyai pendapatan, tetapi ada juga pengeluaran. Belajar dari cerita Nabi Yusuf, pada saat panen kita mulai menyisihkan pendapat kita untuk menabung, berinvestasi, proteksi diri. Selain itu, kita juga harus cerdas mengatur pengeluaran. Dalam perencanaan keuangan, kita belajar bagaimana mengatur pendapatan dan pengeluaran dengan menentukan prioritas. 
1. Pos pengeluaran untuk membayar cicilan utang, maksimal 35 persen dari pendapatan, yang terdiri atas 15 persen utang konsumtif, 20 persen utang produktif. 

2. Pos untuk premi asuransi, minimal 10 persen. 

3. Pos untuk tabungan masa depan, minimal 20 persen, bisa berupa deposito atau investasi lain. 4. Pos untuk belanja kebutuhan dan gaya hidup, maksimal 45 persen. Kembali pada cerita Nabi Yusuf, pengaturan saat masa panen raya membantu rakyat Mesir ketika terjadi paceklik pada musim kemarau panjang. 

Demikian juga kita, ketika memasuki masa tidak produktif atau pensiun, apa yang kita atur dan rencanakan ketika masih produktif akan membantu mencukupi kebutuhan kita. Smart budgeting adalah bisa mengatur dengan bijak antara pendapatan dang pengeluaran. 

Pendapatan (money in) harus selalu ada dan selalu dijaga. Di sisi lain, pengeluaran (money out) tetap harus dikelola dan ditata dengan sebaik mungkin. Jadi, sejahtera di masa tua dimulai dari smart budgeting di masa muda.

Sumber : Investor Daily

Share this

Related Posts

Previous
Next Post »